Selasa, 03 Juli 2012

SULAWESI SELATAN BUTUH INVESTOR KELAPA SAWIT

Suara Rakyat : Para pengusaha perkebunan kelapa sawit  perlu mempertimbangkan untuk membidik Kawasan Timur Indonesia (KTI) untuk pengembangan produksi salah satu komoditi baru andalan Indonesia tersebut, seperti Sulawesi Selatan.
 Potensi lahan di KTI lebih dinilai lebih luas dibandingkan di kawasan barat yang selama ini menjadi sentra-sentra perkebunan kelapa sawit.
Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Ir Anizar Simanjuntak, mengemukakan, potensi lahan perkebunan yang mayoritas dikuasai petani di KTI belum dikelolah secara maksimal.
Hal ini merupakan peluang investasi bagi pengusaha kelapa sawit. Di lain sisi, animo masyarakat untuk mengembangkan kelapa sawit terbilang besar. Namun  keinginan tersebut masih dihadang kendala klasik yakni harga tinggi dan kelangkaan pupuk serta sulitnya akses ke perbankan bagi petani-petani.
"Sebagai perbandingan, lahan di KTI yang ditanami kelapa sawit baru berkisar 570 ribu hektar, padahal potensi lebih terbuka dan bisa melampaui sampai dua kali lipat potensi di kawasan barat. Saat ini luas lahan di kawasan barat yang sudah ditanami mencapai 2,3 juta hektar (Ha) dan itu sudah mentok.
Untuk menjawab kendala yang dihadapi petani dan mendukung masuknya investasi bidang perkebunan kelapa sawit, Pemerintah diharapkan campur tangan dalam  percepatan proses sertifikasi lahan perkebunan rakyat, Sebab sertifikat lahan yang nantinya dimiliki petani tersebut dapat dijadikan agunan atau jaminan untuk mengakses modal ke perbankan.
"Sertifikasi lahan itu bisa menjadi alternatif bagi petani kelapa sawit," ujarnya menegaskan.
Di Sulsel, potensi lahan kosong yang dikuasai masyarakat yang sesuai dengan agroklimat tanaman kepala sawit mencapai 85 ribu Ha, tersebar du Kabupaten Luwu Timur (Lutim), Luwu Utara (Lutra), Luwu dan Wajo. Diperkirakan, jika potensi ini dimanfaatkan maka dapat menyerap tenaga kerja minimal 45 ribu Kepala Keluarga (KK).
Berdasarkan data terkahir, tahun 2008 perkebunan kepala sawit di Sulsel seluas 15.408 Ha dengan produksi TBS 112.374 ton (CPO 22.507 ton) dengan nilai produksi Rp268.802.500.000. Saat ini Sulsel baru memiliki dua unit pabrik kelapa sawit (CPO) berkapasitas 60 ton TBS perjam.
"Kendala utama yang dihadapi di Sulsel adalah terbatasnya investor yang ingin bermitra dengan petani pemilik lahan, dan terbatasnya penangkar benih. Sampai saat ini petani kita masih menggunakan benih kelapa sawit yang sumbernya tidak jelas atau  benih palsu,". 
Kehadiran investor PLAT KUNING sangat diharapkan dalam pengembangan Kelapa Sawit di Sulawesi Selatan sehingga para petani sawit dapat dengan mudah untuk mendapatkan Bapak Angkat dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit. Apalagi dengan adanya dukungan  Menteri Pertanian, Anton Apriantono yang menekankan, pengembangan produksi kelapa sawit dengan pemanfaatan lahan baru tidak merusak hutan. Dia lebih mentolerir pengembangan dengan pemanfaatan lahan-lahan perkebunan tidur.
"Pengembangan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan harus dijunjung tinggi,"

0 komentar:

Posting Komentar