Selasa, 26 Juli 2011

REVITALISASI PERTANIAN MELALUI AGROINDUSTRI PEDESAAN


Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara,terbukti pada masa krisis sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang positif. Pertanian menjadi landasan perekonomian suatu negara, sebagai sumber pangan,sandang, papan yang bermutu, murah, dan berkesinambungan bagi masyarakat suatu bangsa; dan sebagai sumber bahan baku bagi insustri lainya.
Sejalan dengan peningkatan pendapatan penduduk suatu bangsa, maka kebutuhan produk olahan hasil pertanian akan semakin meningkat. Industri pedesaan merupakan salah satu roda penggerak perekonomian. Dengan berkembangnya industri pedesaan terutama industri pengolahan hasil pertanian diharapkan dapat menyerap hasil-hasil pertanian di pedesaan.
Teknologi merupakan aspek yang penting dalam pengolahan hasil pertanian,dengan teknologi maka proses pengolahan hasil pertanian dapat dilakukan secara efisien. Selama ini telah tersedia berbagai teknologi pengolahan hasil pertanian, namun demikian penerapan teknologi tersebut masih kurang intensif terutama pada industri skala kecil/rumah tangga. Teknologi pengolahan hasil pertanian yang telah tersedia sampai saat ini teknologi proses (pengecilan ukuran, pemotongan, pencampuran, pemisahan, pengawetan dan sebagainya). Teknologi pertanian tersebut selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Industri yang ada di pedesaan atau di pinggiran perkotaan (sub-urban) adalah industri yang berbasis pertanian, yaitu industri pengolahan hasil-hasil pertanian. Alasanya adalah bahan baku untuk industri dan tenaga kerja di pedesaan tersedia melimpah sesuai yang dibutuhkan.
Oleh karena itu strategi pengembangan industri kedepan harus mempertimbangkan keseimbangan antara pertumbuhan industri perkotaan dan industri pedesaan. Industri perkotaan sebaiknya merupakan industri besar dan sedapat mungkin merupakan industri yang menggabungkan berbagai komponen yang dihasilkan di pedesaan. Disamping akan mencegah derasnya arus urbanisasi yang menyebabkan berbagai masalah di perkotaan, strategi ini pun akan menjamin pemerataan dengan cepat dan seimbang ke seluruh wilayah.
Program pemerintah dalam pembangunan sector pertanian telah dikembangkan agroindustri. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan peningkatan peningkatan hasil pertanian selama lima pelita. Keberadaan agroindustri tersebut di harapakan dapat meningkatkan permintaan komoditas pertanian, karena sector agroindustri ini berperan dalam mengubah produk pertanian menjadi bentuk yang dapat diterima kosumen secara lebih baik. Konsep pemikiran agroindustri dapat dilihat dari dua sudut pandang : Agroindustri dapat berperan sebagai penghubung antara sector pertanian dengan sector industri dan Agroindustri dapat berperan dalam upaya meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian. Oleh karena itu dalam hal-hal ini hubungan antara sector pertanian dan sector industri dapat dijembatani oleh tiga aspek :
1.   Pengadaan bahan baku
2.   Pengolahan
3.   Pemasaran
Namun sampai saat ini masih terlihat adanya perbedaan yang nyata antara harapan dan kenyataan yang menyangkut perkembangan agroindustri. Ada beberapa faktor yang menyebabkan daya tarik sector agroindustri rendah, antara lain:
1.   Tingkat intensif dan proteksi yang diberikan pemerintah relative rendah.
2.   Pengembangan modal yang relative rendah.
3.   Resiko yang tinggi dari produk agroindustri dan harga yang cenderung terus menurun
4.   Suplai bahan baku domestic yang kurang kontinyu dan rendah kualitasnya
Pembangunan sektor industri sebetulnya merupakan salah satu alternative strategi yang dipilih untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, selain harus berorientasi pada lingkungan biofisik dan sosial ekonomi berbagai penelitian tentang dampak suatu zona industri menyimpulkan bahwa adanya pembangunan industry akan membawa serta teknologi dan manajemen modern. Hal ini berdampak positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Revitalisasi pertanian melalui pengembangan agroindustri di pedesaan merupakan pilihan yang strategis untuk menggerakan roda perekonomian dan pemberdayaan masyarakat pedesaan. Hal ini di mungkinkan karena adanya kemampuan yang tinggi dari agroindustri dalam penyerapan tenaga kerja mengingat sifat industri pertanian yang padat karya dan bersifat massal. Industri pertanian yang berbasis pada masyarakat tingkat menengah dan bawah ini merupakan sektor yang sesuai untuk menampung banyak tenaga kerja dan menjamin perluasan berusaha sehingga akan efektif dalam upaya meningkatkan perekonomian di pedesaan. Sangat rasional jika menempatkan industrialisasi pedesaan sebagai upaya dalam merevitalisasi pertanian.
 Faktor-faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam mendukung pengembangan industrialisasi pedesaan di masa yang akan datang antara lain :
Ø  Lingkungan strategis
Industrialisasi merupakan salah satu pendekatan baru dalam pembangunan pertumbuhan ekonomi perdesaan yang bisa diandalkan. Maka upaya revitalisasi pertanian melalui industrialisasi pedesaan diarahkan pada perubahan struktur ekonomi pedesaan dalam menghadapi berbagai perubahan yang dihadapi baik di pasar domestik maupun internasional. Beberapa kunci tantangan yang diprioritaskan adalah:
1.      Kebutuhan untuk memperkuat dan memperluas basis pertumbuhan produktifitas pertanian dengan mempercepat inovasi teknologi tidak hanya dibatasi pada sejumlah komoditi tertentu.
2.      Kebutuhan terhadap kebijaksanaan dan kelembagaan yang tepat untuk mengakses manfaat globalisasi dan liberasi ekonomi, sekaligus mengurangi resiko kemungkinan munculnya dampak negative.
3.      Kebutuhan memperbaiki akses masyarakat perdesaan terhadap aset produksi dan kesempatan kerja demi percepatan pertumbuhan pendapatan dan pengurangan tingkat kemiskinan.
4.      Perubahan yang cepat dari pola konsumsi dan urbanisasi  serta.
5.      Perubahan politik termasuk kebijaksanaan pembangunan yang berkaitan dengan demokratisasi dan desentralisasi.
 Ø  Penataan kembali industri pedesaan
        Strategi pembangunan pertanian dan pedesaan adalah kombinasi peningkatan produktifitas pertanian dan investasi pelayanan sosial di satu sisi dengan perbaikan hubungan keterkaitan antara wilayah pedesaan dengan industri pengolahan hasil pertanian. Strategi ini mengidentifikasikan lima skala prioritas yang perlu di implementasikan secara konsisten dengan dukungan otoritas pemerintah pusat maupun derah, sektor swasta dan organisasi masyarakat dalam hal :
1.     Percepatan pembangunan sumberdaya manusia dan kewirausahaan.
2.     Memperkuat modal sosial melalui desentralisasi, gerakan kolektif dan pemberdayaan masyarakat.
3.    Revitalisasi produktifitas pertanian berspektrum luas melalui peningkatan penerapan teknologi   diversifikasi.
4.     Mendukung agribisnis dan sistem usahatani dan industri pertanian yang berkemampuan daya saing.
5.     Meningkatkan manajemen sumber daya alam.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam mendukung pengembangan industrialisasi pedesaan berbasis pertanian antara lian:

1.   Aspek kebijakan
Disadari bahwa selama ini keberpihakan pada kegiatan yang terkait dalam industrialisasi pedesaan berbasis pertanian masih kurang, dibandingkan dengan kegiatan di sektor hulu. Oleh karena itu. Diperlukan suatu kebijakan yang menyeluruh dalam pembangunan agribisnis (hulu-hilir) sehingga nilai tambah sektor pertanian dapat dinikmati masyarakat di pedesaan.

2.   Aspek teknologi
Pengembangan agroindustri di masa yang akan datang diarahkan untuk meningkatkan peran teknologi melalui pengembangan alsin perlu memperhatikan jenis alat dan mesin secara teknis dan ekonomi layak untuk dikembangkan serta kondisi sosial memungkinkan. Dalam pengembangan alsin tersebut pemerintah diharapkan dapat menyediakan fasilitas kredit alsin dengan tingkat suku bunga rendah dan persyaratan lunak.
3.   Aspek kelembagaan
Dalam penanganan pascapanen/pengolahan, maka pelaku usaha pasca panen (petani/kelompok tani) yang bergerak dalam pascapanen dan industri pengolahan hasil primer, perlu di tata dan diperkuat sebagai komponen dari sistem perekonomian di pedesaan terutama di bidang teknologi alsin dan manajemen usaha agar mereka mampu meraih nilai tambah


4.   Aspek Sumber Daya Manusia
Peningkatan mutu sumberdaya manusia  (SDM) diarahkan untuk peningkatan sikap, pengetahuan, keterampilan dan pengembangan kewirausahaan, manajemen serta kemampuan perencanaan usaha. Dengan adanya peningkatan mutu SDM diharapkan penggunaan alsin akan meningkat dan areal yang dapat ditangani akan bertambah. Peningkatan mutu SDM dilakukan melalui pelatihan/ khursus, kerjasama dengan lembaga pelatihan seperti perguruan tinggi, magang diperusahaan yang telah maju. Sedangkan pelatihan dilakukan  baik kepada petugas maupun para pengelola alsintan dan petani.
5.    Aspek permodalan
Kelembagaan yang menangani pasca panen/pengolahan pada umumnya lemah dalam permodalan. Untuk itu perlu diupayakan adanya skim khusus untuk alsin pasca panen/pengolahan dengan persyaratan yang mudah , suku bunga rendah dan dapat dijangkau oleh masyarakat

Melihat berbagai fenomena yang mungkin terjadi tersebut, maka diperlukan upaya yang terencana dan terarah untuk mengatasinya. Untuk itu, industrialisasi pertanian pedesaan merupakan suatu upaya yang perlu dilakukan sesegera mungkin.
 1. Teknis
a)      Tingkat pengetahuan dan kesadaran petani akan pentingya penerapan teknologi pengolahan hasil masih sangat terbatas.
b)      Kurangya tenaga yang terampil dalam mengoprasikan alat mesin pengolahan.
c)      Dukungan perbengkelan dalam perbaikan, perawatan dan penyediaan suku cadang alat mesin masih rendah.
d)     Belum memadainya infrastruktur seperti jalan yang memadai sehingga menyulitkan petani/kelompok dalam memasarkan produk olahanya.
e)      Kurangnya tenaga pembina yang terampil dalam bidang pengolahan.
 2. Sosial
a)      Kebiasaan petani dalam melakukan kegiatan pengolahan secara tradisional menyulitkan dalam penerapan teknologi yang baik dan benar.
b)      Daerah-daerah tertentu yang mempunyai budaya pengolahan hasil dengan teknologi turun temurun, sehingga sifatnya tertutup terhadap introduksi teknologi.
c)      Terbatasnya kemampuan akses informasi masyarakat tentang teknologi pengolahan,
3. Ekonomi
a)      Daya beli petani terhadap teknologi pengolahan rendah.
b)      Harga alsin pengolahan relative tinggi sehingga kurang efisien.
c)      Belum tersedianya skim kredit khusus untuk pengadaan alat dan mesin.

Wassssssalam.........................!!!!!!!!!!!!!!!!!!!





“CATATAN ANAK RAKYAT”



Jumat, 22 Juli 2011

Kemiskinan Penyebab Membengkaknya Penduduk Kota

 Menjamurnya pedagang kaki lima disebabkan oleh ketidakmampuan dan ketidakseriusan para pengambil kebijakan dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya. Juga karena kebijakan industri nasional yang selalu berpihak kepada kepentingan dari para pengusaha asing.Tanpa penyelesaian dengan menciptakan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya bagi kepentingan rakyat banyak, juga tanpa membeda-bedakan antara kota dan desa. Urbanisasi, atau perpindahan dari desa ke kota untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar, akan terus berlangsung selama lapangan kerja itu tidak tersedia.
Adalah daerah pedesaan yang merupakan munculnya lapisan luas masyarakat miskin di perkotaan. Disamping kemiskinan yang terus saja berlangsung di desa-desa, industrialisasi ala pasar bebas terus menerus gagal menyerap kelebihan tenaga kerja di pedesaan. Disisi lain pembangunan perekonomian yang terjadi saat ini, tidaklah berada dalam kerangka penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang memiliki corak perekonomian agraris.
Proses industrialisasi yang keliru tersebut, bertitik tolak dari adanya persekutuan dari negara-negara maju untuk mengeruk kekayaan alam Indonesia. Dimana sebagian besar surplus kapitalnya mengalir ke negeri-negeri maju yang menjadi investor, sedangkan yang sebagiannya lagi dinikmati oleh para pembuat kebijakan dalam negeri yang korup.
Kondisi seperti ini berlangsung secara terus-menerus selama hampir lima puluh tahun Indonesia berdiri. Yang jutru diperparah lagi hasil yang didapat dari keuntungan tadi tidak di investasika kedalam lapangan industri dasar dan menengah yang dapat membantu penyelesaian dari keterbelakangan tenaga produktif di pedesaan. Namun justru malah di investasikan kedalam sector barang-barang konsumsi dan jasa di perkotaan. Seperti tekstil, sepatu, jasa financial, dan seluruh sector manufaktur penghasil barang-barang konsumsi. Itu baru lah gelombang pertama dari kesalahan industri dalam negeri kita, dimana industri pertanian diabaikan karena pemerintah lebih menitik beratkan kepada sector manufaktur konsumtif diperkotaan yang berteknologi rendah.
Hal inilah yang mendorong arus besar-besaran gelombang urbanisasi, terutama ke kota-kota yang menjadi pusat industri. Dan lebih celakanya, industri keropos yang digunakan oleh Indonesia selama ini, hanya berdiri diatas landasan industri dasar dalam negeri yang rapuh. Karena hampir seluruh industri manufaktur penghasil barang-barang konsumsi ini, sangat tergantung dengan negara-negara maju. Dari masalah bahan baku, mesin, sampai pasar, kita sangat
menggantungkan diri kepada negara-negara maju itu. Dengan demikian dari sisi penyerapan tenaga kerja sector industri manufaktur berteknologi rendah ini, tidak dapat menyerap kelebihan tenaga kerja dari pedesaan yang membanjiri kota.
Dari sisi nilai tambah bagi produktifitas nasional juga kecil sekali jumlahnya, karena melimpah ruahnya ini justru sering dijadikan alasan oleh pemerintah agar kaum buruh mau di upah murah. Karena itulah, perekonomian dalam negeri angat rentan terhadap gejolak yang menerpanya.
Di pasar dunia sendiri, komoditi yang dihasilkan oleh manufaktur Indonesia sudah mencapai taraf over produksi, yaitu melimpahnya barang tapi tidak terbeli oleh mayarakat. Pasar dalam negeri yang yang seharusnya dapat menyelamatkan industri dalam negeri ternyata tidak demikian yang terjadi. Karena apa? Karena buruh di Indonesia diupah sangat rendah, sehingga mereka juga tidak mampu menyerap kelebihan hasil produksi. Dalam situasi tersebut, situasi dalam negeri tentu sulit sekali untuk ditolong untuk lepas dari kubangan krisis yang menyebabkan kemiskinan merajarela di bumi nusantara. Ribuan pabrik bangkrut, jutaan buruh menjadi korban PHK, dan hasilnya sudah barang tentu adalah bertambah panjangnya barisan kemiskinan di Indonesia.
Dari deretan panjang masalah kemiskinan yang membelenggu negeri ini, kebijakan pemerintah dalam memerangi kemiskinan setidaknya di mulai dengan mensinergikan program Pemerintah dari tingkat Pemerintah Pusat sampai pemerintah Daerah atau sebaliknya sehingga nantinya segala kebijakan dan Regulasi  pemerintah tentang penanggulangan kemiskinan dapat di mulai dari tingkat Desa sebagai Pemerintahan paling bawah karena desa merupakan Pos utama masayarakat miskinan.
Gerakan membangun desa secara terpadu perlu dilakukan untuk menseimbangkan pertumbuhan ekonomi antara desa dan kota sehingga terjadi keseimbangan dalam peningkatan tarap hidup masyarakat sehingga niat untuk melakukan urbanisasi ke Kota menjadi berkurang, kurangnya tingkat urbanisasi akan berdampak positif terhadap perkembangan rumah kumuh, pekerja sex komersial serta exploitasi anak dibawah umur.
Bersama Kita Bisa...!!!
“DARI DESA MENUJU PERUBAHAN YANG LEBIH BAIK”
MARKAS BESAR ANAK RAKYAT